Rabu, 30 Maret 2011

Bambang Sumantri dan Bambang Sukrasana

Gengsi bisa berakibat fatal. Beberapa orang kadang malu mempunyai anggota keluarga atau saudara yang memiliki kekurangan, atau ingin menutupi diri kalo dulunya berasal dari keluarga biasa. Ada juga orang berprinsip "Gpp tekor yg penting kesohor" yang mengakibatkan orang memaksakan diri untuk mengikuti mode agar tetap eksis dan diterima oleh komunitasnya. Saya mengambil salah satu lakon dalam wayang.  Keliatannya kurang pas ya? karena selain kisah dongeng dan jadul, wayang biasanya hanya ditonton oleh orang-orang tua saja. Tapi ceritanya bagus kok! 

Kakak-beradik bernama Bambang Sumantri dan Bambang Sukrasana yang hidup di masa Raja Arjuna Sasrabahu di kerajaan Maespati (bukan Arjuna-nya Pandawa). Kisah ini lebih tua dari Ramayana (Peperangan Rama – Rahwana Raja Alengka untuk merebut Dewi Sinta), apalagi  cerita Barata yudha (Peperangan Pandawa – Kurawa) yang tergolong paling muda. Kisah ini saya baca dari buku terbitan tahun 70-an.

Sosok fisik, sifat Sumantri dan Sukrasana 
Bambang Sumantri dan adiknya Bambang Sukrasana sebenarnya adalah putra dari Resi Suwandagni, namun sejak kecil diasuh oleh kakeknya yaitu Resi Wisanggeni di padepokan terpencil bernama Ardisekar. Sumantri adalah seorang pemuda berparas menawan, sedangkan Sukasrana berbadan kontet namun bermuka seperti raksasa, mirip Ucok Baba. Meskipun demikian, kedua kakak beradik ini amat menyayangi satu sama lain, serta memiliki perilaku yang santun dan budi pekerti yang luhur. Baik Sumantri maupun Sukasrana banyak memperoleh ajaran dan ilmu dari Resi Wisanggeni, sehingga mereka tumbuh menjadi dua anak yg tangguh dan sakti. 

Sumantri ambisius, ingin berprestasi dan termotivasi untuk menjadi yang terbaik. Ciri-ciri ini biasanya dimiliki oleh anak pertama, mereka biasanya lebih berprestasi di bidang akademis dibanding adik-adiknya. Sedangkan Sukrasana, orangnya sederhana, tidak banyak motivasi dalam hidupnya, dia hanya ingin hidup rukun dan damai dengan semua makhluk ciptaan Tuhan. Ciri ini biasanya dimiliki oleh anak bungsu, mereka biasanya tidak pandai dalam akademis namun pandai dalam bergaul (bersosialisasi). Meskipun Sukrasana tidak terlalu berambisi dalam menuntut ilmu namun dia selalu mendapatkannya dengan mudah berkat kemampuannya yang baik dalam berinteraksi dan bergaul dengan semua mahluk ciptaan Tuhan tanpa melihat status sosial.

Di sisi lain, ternyata Sumantri memiliki satu kekurangan, yaitu terlalu jaga image bila berinteraksi dengan orang-orang berpangkat. Sumantri  malu memperkenalkan adiknya, Sukrasana yang ber-fisik jelek dan merupakan inti dari cerita ini.