Gambar: Sikap santun |
Menurut saya, Santun adalah sikap bahasa tubuh dan perkataan yang baik. Santun tidak mencakup ekspresi jiwa yang sesungguhnya maupun tindakan/aksi nyata.
Contoh ke-1
Kejadian ini terjadi 1,5 tahun yang lalu, saat saya bertugas di Bandung sedangkan kantor di Jakarta. Suatu saat saya berangkat dari rumah saya naik kereta di stasiun menuju Bandung. Ternyata saat berangkat tikar saya tertinggal di cafetaria stasiun.
Lalu saya berpikir, siapa ya kira-kira orang kantor yang bisa saya mintai tolong. Langsung saya mengingat B. Saya kenal B cukup lama, bahkan cukup akrab, setiap ketemu, dia selalu menyapa duluan, kadang kami sering bercanda di ruangan atau saat makan siang. B juga bercerita kalo dia pulang naik kereta dan berhenti di stasiun tempat tikar saya tertinggal.
Dari keakraban tersebut dan permintaan tolong saya, yang menurut saya tidak terlalu merepotkan, karena kafetaria dekat jalur keluar dia dari stasiun, dan beratnya ga sampai 2 kg sehingga saya memberanikan diri meminta tolong mengambilkan tikar saya yang tertinggal di sana. Ternyata jawabannya, Dia tidak mau.
Saya awalnya juga heran, orang yang santun seperti itu, dan saya pun suka sikapnya seperti selalu senyum, menyapa duluan, bercanda, kadang ngasih makanan buat ngemil, namun meminta tolong untuk hal yang enteng (menurut saya dan sebagian orang) ternyata tidak mau. Apa karena bukan hal darurat ya?. Awalnya saya belum terbiasa dengan situasi ini namun bbrp kali karakter seperti ini dapat kita jumpai disekitar kita, sehingga saya sudah memakluminya sekarang.
Sampai sekarang pun, saya tetap akrab dengan ybs, masih sering ngobrol saat break istirahat, menunggu waktu sholat, makan bareng di jam istirahat. Bagi saya mungkin dia bermanfaat suatu saat, untuk hal lainnya.
Malah kadang saya tidak menyangka orang yg keliatan slengean atau orangnya terlihat cuek dan tidak tersenyum atau menyapa saat bertemu di kantor (sekantor ada 100 orang), tetapi ketika saya mendapat musibah tertentu seperti kecelakaan/tidak punya uang sama sekali ternyata ketika kita meminta bantuan, mereka bisa membantu, bahkan dengan jawaban spontan.
Moral story dari kejadian ini, "Jangan menilai karakter orang secara menyeluruh hanya dari sikap santun dan ceria-nya".
Contoh ke-2
Orang yang peduli sebenarnya orang yang mau menolong dengan tenaga dan uang di saat orang lain mengalami KEADAAN KRITIS. Keadaan kritis tidak hanya saat mengalami kecelakaan saja, Sebagai contoh tetangga saya (masih bujangan/sendirian) yg berjarak 3 rumah dari saya. Suatu saat pada malam hari, dompetnya hilang terjatuh dalam perjalanan dari kantor ke rumah (naik angkot). Dompet tsb berisi uang termasuk kartu ATM/KTP/SIM/STNK.
Dia datang ke rumah saya, saya berpikir: keadaannya kritis, kalo saya di posisi ini juga berat, kalaupun dia menelpon temannya, uang tidak bisa diterima karena ATM ikut hilang, jadi sudah menjadi kewajiban sebagai makhluk sosial, bersikap peduli menolong, apalagi tetangga dekat.
Dia datang ke rumah saya, saya berpikir: keadaannya kritis, kalo saya di posisi ini juga berat, kalaupun dia menelpon temannya, uang tidak bisa diterima karena ATM ikut hilang, jadi sudah menjadi kewajiban sebagai makhluk sosial, bersikap peduli menolong, apalagi tetangga dekat.
Saya akhirnya meminjami uang, dengan maksud supaya ybs bisa makan malam itu juga (dia sendirian/bujangan di rumah) dan besoknya berangkat ke kantor polisi mengurus surat keterangan hilang agar pengurusan ATM ke bank bisa dilakukan (Kan perlu uang transport).
Sebenarnya ada hal yang aneh, dengan jarak rumah yg tidak terlalu berdekatan (ada selisih 3 rumah sebelum di rumahnya) baik tetangga kiri dan kanan. Saya berprasangka beberapa rekan tetangga lain tidak dapat membantu dengan alasan tertentu (meskipun keadaan ekonominya lebih mapan dari saya), dan pastinya diucapkan dengan cara santun.
Gambar: Sikap santun lainnya. |
Moral story dari kejadian ini, "Pada kehidupan ini, ada masa kita mengalami musibah/kondisi kritis, sehingga kita perlu memupuk persahabatan. Anda perlu men-sortir teman-teman anda, mana yang punya sikap kepedulian di saat kritis/darutat dan mana yang biasa-biasa saja.
Kenapa beberapa orang tidak peduli?
Ketidakpedulian ybs bisa karena beberapa faktor antara lain:- Karakter ybs memang seperti itu, cuek terhadap kejadian sosial.
atau tidak mau direpotkan meski untuk hal-hal yang kecil. Orang-orang
seperti ini mungkin tidak mengganggu anda, namun mencoba menjalin
persahabatan erat dengan dia adalah tindakan yang sia-sia.
- Ybs sebenarnya ingin menolong, namun tidak mempunyai cukup tenaga, waktu dan biaya. Biasanya mereka cenderung diam, namun sebenarnya turut prihatin.
- Ybs punya pengalaman interaksi yang buruk dengan orang yang akan ditolong, atau tempat tertentu sehingga dia enggan menolong. Di suatu tempat pernah terjadi seseorang pura-pura jatuh kecelakaan sepeda motor di tempat sepi, Seseorang yang mengendarai mobil lalu mencoba berhenti dan menolong, namun yang terjadi malah perampokan sehingga dia kehilangan mobil. Begitu juga dengan kejadian-kejadian seperti di angkutan umum. Kalau anda di tempat umum di Jakarta, beberapa orang tidak peduli, hal ini wajar disebabkan kekhawatiran mereka terhadap modus-modus kejahatan apalagi bila penampilan anda tidak seperti orang baik-baik. Untuk kasus seperti ini anda seharusnya memaklumi.
- Ybs tidak mau menolong karena tidak mengenal anda. Bukan teman kantor, tetangga dekat, kerabat. Saya juga menilai hal ini masih wajar.
- Ybs tidak mau menolong karena tidak memahami karakter anda. Ketika anda mempunyai teman dalam 1 kantor yang sama atau dalam 1 RT, namun anda tidak pernah berinteraksi sama sekali atau jarang. Beberapa dari mereka mau menolong sedangkan sebagian yang lain enggan. Ini adalah suatu kenyataan.
Bersikap Santun meski berbohong.
Di suatu komunitas kami, ada seseorang yang lebih tua dari kami, yang sering bercerita akan banyak hal, yang kadang-kadang ceritanya tidak putus-putus (sulit di interupt), sedangkan kami sebenarnya sudah BT dengerinnya dan beliau tidak bisa membaca bahasa tubuh kami karena kami selalu tersenyum (terlihat santun), jadinya beliau berbicara terus sehingga terkesan memonopoli percakapan. Ya, itulah kadang kita harus bersikap santun dengan orang yang lebih tua.
Sedangkan kisah lainnya. Saya punya kotak box tempat CD-CD software komputer, sering kali teman-teman saya meminjam software apa saja, termasuk teman saya satu ini. Suatu saat saya pun ingin meminjam CD software tertentu dan teman saya ini (yang pernah meminjam ke saya) menjawab dengan ekspresi senyuman hangat dia berkata bahwa tidak punya CD tsb. Namun suatu hari secara tidak sengaja saya melihat sebuah kotak CD, saya buka ternyata ada salah satu CD dari sekian banyak koleksi CD-CD tertulis nama teman saya ini dan salah satu CD lain ada bertuliskan software yang ingin saya pinjam. Kejadian ini tidak saya konfirmasi ke ybs, karena saya khawatir tersinggung jadi kebenarnya juga masih diragukan.
Sedangkan kisah lainnya. Saya punya kotak box tempat CD-CD software komputer, sering kali teman-teman saya meminjam software apa saja, termasuk teman saya satu ini. Suatu saat saya pun ingin meminjam CD software tertentu dan teman saya ini (yang pernah meminjam ke saya) menjawab dengan ekspresi senyuman hangat dia berkata bahwa tidak punya CD tsb. Namun suatu hari secara tidak sengaja saya melihat sebuah kotak CD, saya buka ternyata ada salah satu CD dari sekian banyak koleksi CD-CD tertulis nama teman saya ini dan salah satu CD lain ada bertuliskan software yang ingin saya pinjam. Kejadian ini tidak saya konfirmasi ke ybs, karena saya khawatir tersinggung jadi kebenarnya juga masih diragukan.
Kesimpulan yang saya dapat:
- SANTUN hanya sebatas sikap bahasa tubuh dan tutur kata yang terlihat baik dari penampakan lahiriah.
- Sikap SANTUN tidak menentukan seseorang bersikap jujur, punya integritas maupun kepedulian.
1 komentar:
santun adalah sikap yang baik namun sering di salahgunakan oleh semua orang, terutama penipu, penjilat, mereka memerlukan topeng untuk menyembunyikan wujud sesungguhnya, dan santun melahirkan basa-basi, ewuh pekewuh, takut menyinggung seseorang, sampai takut mengemukakan kebenaran.
Posting Komentar